ceria membawa ketupat |
Kim Banyuurip-Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut kupat . Kata kupat berasal dari suku kata Ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) . Sehingga ketupat menjadi simbol mengakui kesalahannya.
Dari beberapa pendapat mengatakan bahwa tradisi kutapan (ketupatan) ini sudah ada pada zaman pra Islam. Namun setelah kehadiran Wali Songo, budaya ini tetap dijaga dan disatukan (akulturasi) dengan sentuhan budaya islami agar dapat diterima masyarakat pada saat dakwah Islam.
Hingga saat ini budaya kupatan ini masih tetap dijaga dan dijalankan oleh masyarakat Desa Ngraho. Acara Kupatan ini biasanya dilakukan setelah Sholat isyak. Karena setelah Sholat maghrib biasanya di isi dengan pembacaan surat yasin terlebiih dahulu.
Masyarakat sekitar melakukan tradisi malam Nisfu Sya'ban ini dengan membuat ketupat. Masyarakat kemudian membawanya ke Masjid atau Mushola terdekat untuk di doakan untuk mendapatkan berkah, sebelum dimakan bersama warga lainnya.
Nisfu Sya'ban merupakan hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban dan diperingati menjelang bulan Ramadhan. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya, kemudian berlanjut selamatan kupatan. "pada malam nisfu sya'ban warga sini biasanya membaca surat yasin tiga kali di musola dan dilanjut kupatan" tutur Du'in warga Desa Ngraho (Kamis, 12/06/2014).
Menurut Imam Ghazali malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT. Tim
Dari beberapa pendapat mengatakan bahwa tradisi kutapan (ketupatan) ini sudah ada pada zaman pra Islam. Namun setelah kehadiran Wali Songo, budaya ini tetap dijaga dan disatukan (akulturasi) dengan sentuhan budaya islami agar dapat diterima masyarakat pada saat dakwah Islam.
Hingga saat ini budaya kupatan ini masih tetap dijaga dan dijalankan oleh masyarakat Desa Ngraho. Acara Kupatan ini biasanya dilakukan setelah Sholat isyak. Karena setelah Sholat maghrib biasanya di isi dengan pembacaan surat yasin terlebiih dahulu.
Masyarakat sekitar melakukan tradisi malam Nisfu Sya'ban ini dengan membuat ketupat. Masyarakat kemudian membawanya ke Masjid atau Mushola terdekat untuk di doakan untuk mendapatkan berkah, sebelum dimakan bersama warga lainnya.
Nisfu Sya'ban merupakan hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban dan diperingati menjelang bulan Ramadhan. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya, kemudian berlanjut selamatan kupatan. "pada malam nisfu sya'ban warga sini biasanya membaca surat yasin tiga kali di musola dan dilanjut kupatan" tutur Du'in warga Desa Ngraho (Kamis, 12/06/2014).
Menurut Imam Ghazali malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT. Tim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar